Suami yang Selalu Benar

Pengarang: H. C. Andersen

Di sebuah peternakan tua, tinggallah seorang pertani bersama istrinya. Tidak banyak yang mereka miliki. Benda paling berharga milik mereka hanyalah seekor kuda.

Mereka selalu mengendarai kuda ini ke kota. Sesekali, tetangga mereka meminjamnya dan memberikan sesuatu sebagai imbalan karena telah memakai kuda mereka.

Selang beberapa waktu, mereka berpikir bahwa mungkin mereka bisa menemukan sesuatu yang lebih berguna bagi mereka ketimbang kuda tersebut.

Mereka tidak tahu apa itu, tetapi sang istri mengatakan, "Kamu tahu apa yang terbaik, Suamiku. Bawalah kudamu ke pasar hari ini dan barterlah dengan barang yang cocok. Apa pun yang kamu lakukan, aku setuju."

Jalan berdebu, sebab banyak orang yang mengendarai kuda mereka ke pasar. Di antara orang-orang itu, Pak Petani melihat seseorang yang sedang mengendarai seekor sapi yang tampak sehat.

"Aku yakin, sapi itu akan menghasilkan banyak susu," pikir Pak Petani. "Itu akan menjadi barter yang bagus."

Pak Petani kemudian menyapa pemilik sapi dan mengatakan, "Aku yakin, kudaku lebih berharga daripada sapimu, tetapi sapi akan lebih berguna bagiku, jadi, kalau kamu setuju, ayo kita barter!" ajak Pak Petani kepada sang Pemilik Sapi.

Sang Pemilik Sapi setuju. Kemudian, Pak Petani berjalan pulang. Lalu, dia pun berpikir, ada baiknya juga dia melihat-lihat pasar itu, maka dikendarainya sapinya kesana.

Belum jauh berjalan, Pak Petani bertemu dengan seseorang yang sedang menuntun seekor domba yang gemuk, dengan bulunya yang sangat tebal. Pak Petani berpikir, domba itu pasti akan sangat menikmati rumput hijau di rumahnya, dan pada saat musim dingin, domba bisa dimasukkan ke dalam rumah mereka.

Dia kemudian memutuskan untuk melakukan barter dan mereka langsung sepakat. Tak lama kemudian, Pak Petani melihat seseorang yang sedang mengapit seekor angsa yang besar di lengannya. Pak Petani kemudian berpikir, bagaimana jika ia menukarkan kambing miliknya dengan angsa milik orang itu. Ia kemudian mengajak pemilik angsa untuk menukarkan angsa miliknya dengan kambing milik Pak Petani, yang kemudian diterima dengan senang hati oleh pemilik angsa.

Pak Petani kemudian melanjutkan perjalanan pulangnya. Di tengah perjalanan pulang, Pak Petani melewati sebuah ladang kentang, di mana dilihatnya seekor ayam yang kakinya diikatkan menggunakan seutas tali. Ayam itu sangat lincah, berkotek-kotek, berjalan kian kemari, bahkan bisa mengedipkan kedua matanya!

Pak Petani berpikir, "Itu adalah ayam yang paling bagus yang pernahku lihat seumur hidupku! Aku sangat ingin untuk memilikinya!"

Maka, pergilah dia menemui pemilik ayam tersebut dan bertanya, "Maukah kamu menukar ayam milikmu itu dengan angsa milikku?" Tentu saja, pemilik ayam sama sekali tidak keberatan.

Sekarang, setelah mengerjakan begitu banyak urusan, Pak Petani pun merasakan penat dan letih. Dia perlu makan dan minum, maka berjalan lah ia menuju ke sebuah penginapan.

Ketika ia tiba, seorang pemuda baru saja keluar dari penginapan itu membawa sebuah karung yang besar. Pak Petani bertanya, "Apa isi karungmu itu?"

Sahut pemuda itu, "Apel-apel busuk untuk makanan babi."

"Oh, sayang sekali," kata Pak Petani. "Sebaiknya kubawa pulang saja untuk istriku. Tahun lalu, pohon apel kami yang sudah tua hanya menghasilkan sebuah apel dan kami menyimpan apel itu didalama lemari, hingga layu dan busuk. Kata istriku, itu sangat berharga, dan sekarang dia akan melihat sekarung apel seperti itu!"

"Apa yang akan aku terima sebagai gantinya?" tanya pemuda itu.

"Baiklah, kamu boleh mengambil ayamku sebagai gantinya." jawab Pak Petani. Lalu, Pak Petani mengambil sekarung apel itu ke dalam penginapan dan menaruhnya di atas kompor, sebelum duduk di depan meja makan. Tetapi, ternyata ia lupa bahwa kompornya menyala, dan tak lama kemudian, para tamu disana bisa mendengarkan suara, "Hiss-ss, hiss-ss." Apel-apelnya sudah menjadi apel panggang!

Pak Petani kemudian menceritakan kepada para tamu bagaimana ia bisa mendapatkan sekarung apel busuk. Di antara tamu penginapan, ada dua orang Inggris dan salah seorang dari mereka mengatakan, "Kamu akan menghadapi masalah dengan istrimu, kalau sudah pulang nanti."

"Oh, tidak akan," jawab Pak Petani Tua itu dengan tenang. "Dia hanya akan mengatakan, 'Suamiku selalu benar!'."

Kata orang Inggris itu, "Kami berani bertaruh seratus ribu untuk setiap seratus apel busuk, kamu pasti akan menghadapi masalah dengan istrimu."

"Baiklah!" jawab Pak Petani Tua, dan kedua orang Inggris itu mengikutinya dengan kereta kuda. Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di sebuah rumah kecil milik petani tua itu.

Istrinya menyapanya dengan hangat, dan sepertinya tidak memperhatikan karung itu. Kata Pak Petani, "Aku menukar kuda kita dengan seekor sapi."

"Bagus sekali," kata istrinya. "Kita punya rumput yang subur untuknya, dan kita bisa memiliki banyak susu, mentega, dan keju."

"Tetapi aku menukar sapi itu dengan domba."

"Itu lebih bagus lagi!" seru istrinya. "Kita punya rumput yang subur untuknya, dan kita akan mendapatkan susu dan keju dari domba itu, jaket dan kaus kaki dari benang wol! Sapi tidak akan memberikan semua itu."

"Tetapi, aku menukarkan domba itu dengan seekor angsa."

"Oh, kalau begitu, kita bisa menikmati angsa panggang tahun ini. Kita akan menunggu dia sampai gemuk, sebelum memanggangnya. Kamu benar-benar tahu cara menyenangkanku!"

"Tetapi, aku menukar angsa itu dengan seekor ayam."

"Wah, itu barter yang bagus. Ayam akan bisa bertelur, dan kita akan punya banyak anak ayam, lalu peternakan ayam. Aku tidak sabar lagi! Kamu memang hebat dan selalu benar!"

"Lalu, aku menukar ayan itu dengan sekarung apel yang sudah busuk."

"Sungguh kamu melakukannya?" seru istrinya riang. "Suamiku sayang, tahukah kamu, setelah kamu berangkat pagi ini, aku memikirkan apa yang bisa kumasak untukmu, untuk makan malam. Kupikir, akan kubuatkan telur dadar dan daging sapi dengan rempah manis, tetapi aku harus pergi dan meminta rempah itu dari kepala sekolah, sebab, ia memiliki banyak sekali rempah-rempah. Ketika aku meminta segenggam rempah-rempah darinya, dia pelit sekali, Katanya, 'Aku tidak punya apa-apa yang bisa kuberikan kepadamu, sekalipun hanya sebuah apel busuk dari kebunku.'. Tapi sekarang, aku bisa memberinya sepuluh buah atau bahkan sekarung apel busuk. Kupikir, itu pasti akan lucu sekali!" Istri petani pun kemudian merangkul dan mencium suaminya.

Kedua orang Inggris itu juga tertawa terbahak-bahak dan kata mereka, "Baiklah, sepertinya kita memang sudah kalah taruhan, tetapi semuanya sudah setimpal, melihat semua yang kamu lakukan! Bahkan, kamu membuat istrimu sangat bahagia!"

Dengan senang hati, mereka memberikan uang yang menjadi hak petani itu sebelum mereka pergi.

Sumber gambar: Google Image
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Cerpen / Dongeng dengan judul Suami yang Selalu Benar. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://serbalengkapsemuanya.blogspot.com/2014/04/suami-yang-selalu-benar.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown - Selasa, 01 April 2014

Belum ada komentar untuk "Suami yang Selalu Benar"